Percakapan Awal Tahun

11.35.00

   Masih dalam perjalanan menghabiskan sebotol minuman di atas meja ini aku sendiri.
Tiga temanku, dua duduk di hadapanku, yang satu tepat disebelahku. Tak banyak yang kami perbincangkan malam itu, atau aku hampir lupa apa saja yang telah kami ceritakan, tapi aku masih ingat satu hal yang aku ceritakan pada mereka. Tentang malam dan seorang gadis yang berbincang denganku sehabis hujan reda.

   Aku masih ingat hari apa, dan waktu aku berbincang dengan seorang gadis itu. Senja sudah jauh berlalu, dan hujan mereda sekitar pukul delapan. Setengah bungkus rokok kupersiapkan hingga nanti tengah malam, mungkin cukup untuk menemani waktu gigil mengetuk rongga dada.
Sebuah orkes dan nyanyian bimbang menjadi latar malam itu. Seorang gadis menjadi perbincangan isi kepala dan sebatang rokok kala itu.
  Tak habis pikir, mau saja kuajak bersanding ia, sambil menikmati orkes juga nyanyian bimbang malam itu. Padahal aku tak tahu seleranya apa bukan, duduk di atas lapang basah sambil bersenandung. Aku mulai menghitung, detik demi menit berlalu. Mengingat sebuah perbincangan isi kepala dan sebatang rokok; yang menyusun kata-kata menjadi kalimat pengantarnya pulang untuk tidur lelap.

   Tak banyak waktu untuk aku dan gadis itu duduk dan bersenandung di lapang basah, sampai dijalan mengantarnya pulang dan berpisah. Sebelum sampai di tempatnya, kami berhenti untuk berteduh. Aku kira akan sejenak, seperti membaca beberapa sajak. Waktu dan tatapan dua anak manusia di atas tanah basah, yang tak mengira akan saling membacakan puisi tentang kehidupannya masing-masing.
   Sejak saat itu, bau sehabis hujan ialah; bau tubuhnya yang sejengkal di sisiku. Sebuah orkes dan nyanyian bimbang ialah; pengantar kupulang waktu malam, dan puisi-puisi tentang kehidupannya adalah apa yang akan kutulis suatu waktu sambil merokok atau menatap sebotol minuman di atas meja sehabis hujan reda.


You Might Also Like

0 komentar

Facebook

Twitter