Batas Lelah

10.45.00

   Tetes demi tetes embun pagi ini membasahi jendela kamarku, dedaunan yang basah dan begitu indah. Begitu bangun kupijakkan kaki ke lantai, begitu dingin pagi ini meski tanpa pendingin ruangan. Sambil menahan kantuk kusiapkan sarapanku, secangkir kopi hitam dan makanan siap saji yang kuhangatkan kembali. Menikmati sarapan di teras rumah ialah salah satu hal terindah, dapat sekaligus menghirup udara pagi yang begitu segar, yang perlahan mengingatkanku padaNya. Inilah sebab selalu kusiasati waktu agar dapat mengucap segala syukur atas nikmat yang telah Dia berikan padaku.

   Sembari menikmati kopi kesukaanku, kubaca koran pagi ini. Banyak isinya yang membeberkan rahasia para selebriti, ataupun gambaran tentang gejolak pemerintahan negri ini. Tak sampai tamat, ku tutup koran itu, kunyalakan sebatang rokok kretek dan kutermangu sejenak. Memperhatikan sepasang kupu-kupu yang terbang di udara, tak kuhiraukan mana jantan mana betina. Tapi kusuka, sangat suka.
Sayap-sayap yang menyapu udara, bebas terbang berdua mencari madu di mekar bunga-bunga. Apa cinta seindah itu? tanyaku padaNya.
Tatapanku mulai tertuju pada secangkir kopi, kuseruput perlahan. Rasanya pahit, tapi kusuka, kopinya panas, tapi itu salah satu cara menikmatinya. Begitukah pula cara menikmati cinta?. Mengapa aku selalu bertanya tentang hal itu? padahal cinta datang selalu tanpa alasan pada akhirnya kata orang-orang.

   Dedaunan kering yang rapuh mulai berjatuhan, mungkin karena tak sanggup lagi menampun tetes embun yang jatuh di atasnya atau tak kuat lagi menahan terpaan angin?. Kembali kubertanya-tanya, apakah cinta dapat serapuh itu? ketika kita sudah tak sanggup lagi mendapat segala keluh kesah, dan cinta akan gugur begitu saja?. Hmm, kopi pahit ini membuat aku semakin yakin, bahwa aku sedang berada di waktu pagi. Hidup ini begitu cepat kurasa, tak sempat aku menginggat tiap luka dan duka tentang hal yang biasa disebut cinta. Pada penghujung pagi tak lupa kuucap segala doa untukmu, agar pagimu seindah pagiku. Ditemani secangkir kopi kesukaanmu, memandang indah sepasang kupu-kupu, tetes embun dari dedaunan yang berjatuhan di halaman rumahmu, juga segala dukamu adalah pengingat ucap syukurmu padaNya.

You Might Also Like

0 komentar

Facebook

Twitter